Cover Lama - Cover Baru


Kapan terakhir kali kita memeluk ayah kita? Menatap wajahnya, lantas bilang kita sungguh sayang padanya? Kapan terakhir kali bercakap ringan, tertawa gelak, bercengkrama, lantas menyentuh lembut tangannya, bilang kita sungguh bangga padanya?

Inilah kisah tentang seorang anak yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng kesederhanaan hidup. Kesederhanaan yang justru membuat ia membenci ayahnya sendiri. Inilah kisah tentang hakikat kebahagiaan sejati.

Ayah selalu memberikan dongeng-dongeng kepada Dam. Namun ini bukan dongeng biasa. Ini kisah sungguhan. Ayah ingin mengajarkan kepada Dam tentang hasehat hidupan, tentang pelajaran yang tak akan ia dapatkan di bangku sekolah.

Hingga suatu hari, Dam tak bisa membedakan apakah kisah yang ayahnya ceritakan dulu adalah kisah sungguhan atau kisah bualan. Terlalu banyak hal tidak masuk akal yang telah Ayah ceritakan. Ibu meninggal, setelah di vonis 20 tahun yang lalu tak akan bisa bertahan hidup. Namun terjadi keajaiban, hingga Ia bekeluarga, memiliki seorang anak, Dam tak pernah lagi mempercayai dongeng ayahnya. Sejak itu, Dam tak pernah lagi dekat dengan Ayah. Ia memiliki seorang Ayah pembohong.

Saat Ayah meninggal, banyak orang yang datang mengucapkan belasungkawa, dan sebagian besar tidak Dam kenal. Hari itulah, saat Ayah meninggal, Dam mengetahui kebenaran. Kisah yang Ayah ceritakan, dongeng - dongeng yang Dam dengar, semua itu benar. Ayah sedikitpun tak pernah membual. Ayah bukan pembohong.

^^^

Ini hanya sekilas kisah dari sebuah novel Ayahku (Bukan) Pembohong. Tulisan lama, mungkin nanti akan aku remake ulang untuk kisah lebih lengkapnya. Kalian tahu, air mata tak pernah kering walau telah berkali - kali membaca novel ini. Bersyukurlah yang masih bersama ayah disetiap hari kita, bersyukurlah masih ada nasehat-nasehat yang kadang kita anggap ketinggalan jaman, bersyukurlah yang masih bisa mencium tangannya ketika hendak beraktifitas setiap harinya, karena kita tidak tahu kapan ayah kita akan pergi meninggalkan kita 😢

Tidak ada komentar