Siapa yang tidak mengenal sosok Fatmawati ?
Wanita kelahiran Bengkulu, 23 Februari 1923 ini sudah menjadi sosok yang berjasa bagi Bangsa Indonesia. Putri tunggal pasangan H. Hassan Din dan Siti Khadijjah yang mana kedua orangtuanya ini merupakan keturunan Puti Indrapura atau biasa disebut seorang keluarga raja dari kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Ayah Fatmawati juga terkenal sebagai salah satu tokoh Muhammadiyah di Bengkulu.
 
Lahir dan tumbuh dari sebuah keluarga yang memiliki dasar agama dan organisasi yang kuat, membuat sosok Fatmawati lebih tangguh dan tangkas dalam menjalani hidup. Sosok Fatmawati yang selalu haus akan ilmu akhirnya membuat Ia menempuh pendidikan di Hollandsch inlandsche School (HIS) Muhammadiyah. 
Fatmawati bersama ayah dan ibu
Disinilah pertemuan antara Fatmawati dan Soekarno terjadi. Saat itu Soekarno sedang menjalani masa pengasingan di Bengkulu setelah sebelumnya diasingkan di Ende - Flores. Keakraban keluarga Fatmawati dan Soekarno inilah yang mejadikan intensitas pertemuan kedua nya semakin sering. Fatmawati yang telah tumbuh menjadi sosok gadis manis yang cerdas, mampu membuat Soekarno jatuh hati. Hingga akhirnya  Soekarno dan Fatmawati menikah pada tanggal 01 Juni 1943 setelah menceraikan Inggit Ganarsih. Saat itu Fatmawati berusia 20 tahun.
Hari Jumat di bulan Ramadhan, pukul 05.00 pagi tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin bangsa dan para tokoh pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda. Mereka, telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia hari itu di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Tepat pukul 10.00 WIB Soekarno membacakan teks proklamasi sebagai tanda bahwa kemerdekaan telah berada di dalam genggaman Rakyat Indonesia.
Mesin jahit yang digunakan Fatmawati ketika menjahit Bendera Pusaka
Disinilah peran serta Fatmawati yang akan selalu dikenang oleh masyarakat Indonesia. Di tengah hiruk pikuknya  persiapan Kemerdekaan Negara Indonesia, tidak satu orang pun yang memikirkan simbol kenegaraan sebagai tanda merdekanya bangsa Indonesia. Malam itu, dengan penuh perjuangan mengandung anak pertamanya, Fatmawati menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih sebagai Bendera dan simbol kenegaraan bangsa Indonesia.

Dari pernikahan inilah, secara otomatis Fatmawati menjadi Ibu Negara Indonesia pertama di Indonesia, "The First Lady"  dari tahun 1945 hingga tahun 1967. Pasangan ini melahirkan putra pertamanya saat Bung Karno sudah berusia 42 tahun. Putra-putri Bung Karno dikenal memiliki bakat kesenian tinggi. Hal itu tak aneh mengingat Soekarno adalah sosok pengagum karya seni, sementara Fatmawati sangat pandai menari. Bahkan salah satu putri dari Fatmawati dan Soekarno pernah menduduki kursi orang nomor 1 di Indonesia sebagai Presiden ke-5 dan satu-satunya presiden wanita di Indonesia.
Sebagai seorang Ibu Negara, Ibu Fatmawati kerap mendampingi Bung Karno dalam kunjungan ke berbagai wilayah Republik Indonesia untuk membangkitkan semangat perlawanan rakyat terhadap Belanda dan mengikuti kunjungan Presiden Soekarno ke berbagai Negara sahabat. Peran serta wanita dalam pembangunan telah ditunjukkan Ibu Fatmawati, beliau sering melakukan kegiatan social, seperti aktif melakukan pemberantasan buta huruf, mendorong kegiatan kaum perempuan, baik dalam pendidikan maupun ekonomi.

Pada tahun 14 Mei 1980 Fatmawati meninggal dunia karena serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh dari Mekah yang lalu dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta.
Peran serta nya tidak hanya terjadi saat perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia, dalam kegiatan sosial pun Fatmawati selalu mengambil peran penting untuk memajukan bangsa dan meningkatkan derajat wanita. Fatmawati selalu menjadi penasehat  dan pelindung setiap organisasi wanita seperti Kowani, Kowari dan Persit. Selalu konsekuen dan kosisten dalam membela hak-hak wanita yang tercermin dalam sikap antipoligami dan pada masa orde baru sikap ini dapat melindungi para istri Pegawai Negeri Sipil dengan lahirnya PP.10. Selain itu, Fatmawati juga memperjuangan berdirinya degung wanita pertama di Indonesia yang terletak di jalan Diponegoro Jakarta

Jiwa sosial yang dimiliki Fatmawati sedari kecil, membawa Ia tetap selalu berperan aktif dalam segala kegiatan demi memperjuangkan hak wanita dan mencerdaskan anak bangsa. Ia selalu didaulat menjadi pelindung dan penasehat beberapa organisasi seperti Kowani (Kogres Wanita Indonesia), Perwani (Persatuan Wanita Indonesia), Persit (Persatuan Istri Tentara), Women's International Club (WIC), Pelindung Yayasan Pembinaan Anak Cacad (YPAC) dan masih banyak lagi.
Sumber : Tikettips.com
Di Kota Bengkulu, sebagai kota kelahiran Ibu Fatmawati, Pemerintah Daerah beserta seluruh elemen memberikan apresiasi terhadap Ibu Fatmawati. Sebagai bentuk penghargaan dan sekaligus untuk mengenang Ibu Fatmawati, maka pada tanggal 14 November 2001, Bandar Udara Padang Kemiling diubah menjadi Bandar Udara Fatmawati. Perubahan nama Bandar udara ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri. Perjuangan Ibu Fatmawati selama masa sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan diakui oleh Pemerintah Pusat, melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 118/TK/2000 tanggal 4 Nopember 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid, maka Pemerintah Republik Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Ibu Fatmawati.

Tulisan ini diikutsertaakan dalam #LombaNulisAsikBHS #FatmawatiPerajutNegeri #PahlawanBengkulu dari Bengkulu Heritage Society.


Sumber Informasi :
http://www.biografiku.com/2013/02/biografi-fatmawati-soekarno.html
Kunjungan ke Rumah Fatmawati Bengkulu

Sumber Gambar :
Dokumentasi Pribadi

3 komentar:

  1. wah asyik belajar sejarah lagi, banyak lupanya neh soal ibu Fatmawati.

    BalasHapus
  2. Keren banget mba jadi pengin kesana cuma aku nggak punya banyak waktu buat traveling

    BalasHapus
  3. Wanita yang nenjadi salah stu orang yg berjasa bagi bangsa

    BalasHapus